Jumat, 31 Desember 2010

Piramida abraham maslow

Pernah dengar teori piramida kebutuhan ala Abraham Maslow?
Mungkin ada yg sudah sangat terpatri di kepala..

Jikalau saya, terus terang hanya mengetahui sepintas saja.. Hehe

Yang saya tau, teorinya seperti ini, dan urutan nya memang seperti ini:
1. Kebutuhan fisik.
2. Kebutuhan rasa aman.
3. Kebutuhan mencintai & dicintai, memiliki & dimiliki.
4. Kebutuhan harga diri.
5. Kebutuhan aktualisasi diri.
(urutan berdasar pada apa yg perlu dipenuhi terlebih dahulu)

kemudian..
Beberapa bulan ke belakang,, saya menyimak sebuah acara televisi di tvone (saya kurang tau pasti nama acaranya).. Yg menyebutkan satu hal.. Dan hal ini banyak orang yg belum tau, tapi hal penting..
Narasumbernya berbicara satu kalimat,

"tahukah anda? Bahwa sebelum Abraham Maslow menghembuskan nafas terakhir, dia mengatakan bahwa teori piramida kebutuhan nya tersusun TERBALIK!"

wew..
Saya sedikit kaget.. Dan sedikit kurang percaya juga.. Dan saya baru tau itu terbalik..
Benarkah??

Tapi..
Setelah dipikir-pikir lagi.. Ternyata ada benarnya..
Saya menyoroti tentang bagian aktualisasi nya..

Melihat kondisi sekarang, begitu ramai nya orang-orang menggunakan situs jejaring sosial (contohnya facebook.. Karena twitter saya ga terlalu mengerti heu).. Dimana di dalam nya ada untuk membuat status, notes, upload foto, mengikuti kuis, etc..

Kita bisa berbagi isi pikiran dengan dituangkan dalam bentuk status.. Berbagi pengalaman dengan dituangkan dalam bentuk upload foto.. Kemudian berbagi sebuah pemikiran mendalam atau bahkan curahan hati dalam bentuk notes..

Kita bisa mengeksplorasi sebebas-bebasnya isi pikiran kita, pengalaman kita.. Atau bahkan untuk memberitahukan orang-orang, bahwa kita sedang berada dimana atau sedang melakukan apa..
Sampai ada selentingan, "facebook aing, kumaha aing!"..

Dan kamu tau? Semua hal yg dilakukan di situs jejaring sosial, itu salah satu bentuk perwujudan aktualisasi..

Dan keterbalikan teori itu memang cukup beralasan..

Jika demikian, marilah kita menghargai semua bentuk aktualisasi dari teman-teman kita.. Berikan respon positif.. Dan.. Ingatkan jika salah (dengan cara yg terbaik tentunya)..

Euforia taun baru..

Pulang kerja jam 00:30.. Tepat di hari baru tanggal 1 januari 2011.. Angka yg cantik bukan?

Saat itu orang-orang sedang atau sudah melewati detik-detik perayaan tahun baru yg dilangsungkan di beberapa titik di Bandung..

Aku sudah menduga bahwa jalanan pasti ramai.. Dan tidak salah kalau sedikit macet..

Tapi bukan itu masalahnya..
Masalahnya mengenai perilaku orang-orang yg merayakan nya..

Tahun baru selalu identik dengan resolusi.. Dengan pengharapan.. Dengan cita-cita..
Dan semua itu tentu saja mengarah ke hal yg lebih baik..
Tentu saja ini hal yg positif dari adanya tahun baru..

Akan tetapi..
Yg terjadi di jalanan,, wew.. Semua orang tampak liar.. Tampak vandal.. Semua orang bergelut dengan kepentingan masing-masing..

Mereka menjalankan kendaraan dengan ugal-ugalan.. Seolah penguasa jalanan..
Lampu merah dibaca hijau.. Seolah buta warna..

Dan apa yg terjadi? Kemacetan yg 'bodoh' yg terjadi di hampir setiap perempatan..

Yg jadi pertanyaan.. Apakah hal-hal tadi mengarah ke hal yg lebih baik??
Tentu saja tidak..

Ini mungkin memang baru pertama.. Bahkan menit-menit pertama di tahun 2011..

Dan saya pun percaya, bahwa awal yg baik tidak selalu menghasilkan hasil yg baik juga..
Tapi apakah dengan itu kita boleh mengawali sesuatu dengan buruk??
Tentu saja tidak kawan..
Awal itu akan menentukan kondisi ke depan nya.. Meskipun tidak akan menentukan hasil akhir.. Jika awalnya positif, mudah-mudahan jadi pertanda ke arah yg lebih baik..

-hanya bercerita pengalaman di penghujung tahun-

Kado akhir tahun

Hari ini.. Jumat.. 31 desember 2010 18:18:46 Di penghujung taun 2010..
Ada kado 'manis' yg aku dapatkan.. Kado yg cukup mengejutkan.. Meskipun aku sudah tau akan seperti ini..
Tapi aku ga nyangka za bisa secepat ini..
Tapi, ya sudahlah,, mungkin memang lebih baik begini.. Agar aku segera bisa beranjak.. Beranjak dari satu titik yg sempat membuatku tersenyum bahagia.. Juga menangis lirih..

Selasa, 28 Desember 2010

Untitled

-07122010-
Usai nonton indonesia lawan thailand truz dengerin radio.. Satu kegiatan yg udah lama kutanggalkan dari kebiasaan..
Langsung ku tune di my fave station 87,7 FM..
Ternyata sedang ada sebuah acara talkshow yg cukup menarik.. Yap.. Tema nya tentang korupsi.. Hmm.. Lumayan berat.. Tapi bukan itu sebenarnya yg kusoroti..

Ada 1 kalimat dari announcer nya, yg cukup menarik untuk dipikirkan..

"jangan mengganggap sesuatu itu sebuah SANKSI, Tapi anggaplah itu KONSEKUENSI.."

bedanya apa ya??
Setelah dipikir, mungkin kata sanksi kesan nya lebih negatif atau lebih kaku daripada kata konsekuensi..
Jadi mari kita gunakan kata konsekuensi mulai sekarang..


Sedikit pandangan za, KONSEKUENSI itu merupakan buah dari perbuatan.. Buah dari apa yg kita telah lakukan.. Baik itu yg diketahui atau tidak oleh orang lain,,
namun terkadang seringkali kita lupa, bahwa apa yg kita terima itu adalah buah dari perbuatan kita.. Ya.. KONSEKUENSI.. Seringkali kita 'cuci tangan', 'lempar batu sembunyi tangan', dan menyalahkan orang lain atas apa yg kita hadapi.. Perbuatan yg kurang bijak sebenernya.. (Soalnya, menurut orang2, saat satu jari kita menunjuk orang lain, tiga jari yg lain itu mengarah ke diri kita sendiri.. Yg artinya, saat kita menyalahkan orang lain sekali, berarti kita sudah melakukan kesalahan tiga kali..)


jika kita menyalahkan orang lain, itu artinya kita lupa dari kata KONSEKUENSI..
Padahal, semua perbuatan pasti ada kata itu.. Tidak bisa tidak..
Jikalau seperti itu, jawaban semua masalah yg menimpa kita itu pada dasarnya ada di dalam diri ini.. Tak perlu mencari jawab dari orang lain.. Pada intinya, merenung adalah salah satu alternatif.. Salah satu hal yg bisa dilakukan.. Untuk lebih bisa melihat ke dalam diri.. Sampai kita menemukan jawaban tentang semua masalah yg terjadi..


Selain itu, ada juga saudara dekat dari kata konsekuensi, yaitu KONSEKUEN.. Ya.. Itu artinya, antara apa yg kita ucapkan, harus sejalan dengan apa yg kita lakukan.. Adalah omong kosong saat kita berbicara atau mengikrarkan sesuatu, tapi ternyata hal tersebut tidak sesuai dengan perbuatan kita.. Padahal, perbuatan itu 'berbicara' lebih banyak dari hanya sekedar kata-kata.. Jika tidak sesuai, itu berarti tidak konsekuen.. Padahal, konsekuen itu sangat berhubungan erat dengan yg namanya kepercayaan.. Dan kepercayaan itu sangat mahal harganya seperti intan atau berlian.. Cacat sedikit saja, berlian akan 'jatuh' harganya..

Pertanyaan nya, apakah menjadi dipercaya itu penting??
Jika ternyata penting, selalu sadarlah akan konsekuensi dan bertindaklah konsekuen..

Sadar konsekuensi + konsekuen = dipercaya (iya gitu?? Ga yakin gini hehe) hanya pandangan saja..

Di akhir pembahasan, sang announcer nya memberikan satu kalimat, yg tak ku tau persisnya seperti apa.. Tapi maksudnya kaya gini, "ada hal yg bisa kita lakukan, tapi tak harus dilakukan.."